scroll

<==== “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat.” (QS.Mujadillah:Ayat 11) ^_*

Senin, 15 Oktober 2018

Delapan Buah yang Akan Membawa Kita ke Surga

Jika buah dari pohon keabadian (syajaratul khuldi)[1] menyebabkan manusia (Adam dan Hawa) keluar dari surga, buah-buah ini justru akan memasukkan manusia ke surga. Buah apa sajakah itu?
1. TOMAT (Tobat Sebelum Kiamat) Seorang tabi’in bernama Muhammad bin Wasi’ pernah berkata, لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ يَجْلِسُ إِلَيَّ “Seandainya dosa itu ada baunya, niscaya tidak ada seorang pun sanggup duduk dan mendekat kepadaku.” Manusia memang tempat salah dan dosa, tetapi pengampunan Allah jauh lebih luas tiada terkira. Selama manusia mau bersungguh-sungguh untuk bertobat, Allah pasti menerima tobatnya. Rasulullah pernah bersabda: “Setiap anak Adam (manusia) pernah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang mau bertobat.” (HR. Ibnu Majah) Dalam hadits Qudsi Allah Ta’ala berfirman, يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. “Hai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu sebanyak apa pun dosamu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, andai dosa-dosamu setinggi langit kemudia kamu memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, andai kamu mendatangi-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian kamu bersua dengan-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-Tirmidzi) Karena itu, sebelum ajal tiba dan sebelum kiamat terjadi, mari kita bertobat; memohon ampunan kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi-Nya.
2. JERUK (Janganlah Berbuat Buruk) Islam adalah agama rahmat; kasih sayang. Menebarkan kebaikan di mana pun dan kepada siapa pun, bahkan kepada apa pun. Tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga makhluk lain. Termasuk hewan, pepohonan, dan lain-lain. Anda tentu pernah mendengar kisah seorang pelacur yang iba melihat seekor anjing yang kehausan. Pelacur itu lalu mengambilkan air dari dalam sumur dengan terompahnya untuk anjing tersebut. Allah lalu mengampuni dosa-dosa perempuan itu sehingga dia meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan berhak atas surga Allah. Kisah perempuan nakal ini disampaikan oleh Rasulullah dalam hadits riwayat Muslim. أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا “Sesungguhnya seorang wanita pezina melihat seekor anjing pada hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengitari sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Wanita pezina itu itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalan itu.” (HR. Muslim) Termasuk pula ketika menyembelih hewan, Islam tidak mengajarkan penyembelihan secara buruk dan brutal. Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
3. MENTIMUN (Menuntut Ilmu Tidak Banyak Melamun) Orang yang banyak melamun akan menghabiskan waktu produktifnya secara sia-sia. Bahkan, terlalu banyak lamunan, bisa mengakibatkan kita dikuasai setan. Rasulullah pernah bersabda, “Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan kepada Allah. Janganlah lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan), janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini, pasti akan menjadi begini dan begitu.’ Akan tetapi, katakanlah, ‘Qaddarallahu wa ma sya’a fa’ala, [Allah telah menakdirkan, terserah apa yang diputuskan-Nya.’ Karena perkataan ‘seandainya’ dapat membuka celah perbuatan setan.” (HR. Muslim) Orang yang suka melamun, dalam agama Islam biasa disebut dengan istilah thulul ‘amal (panjang angan-angan). Nah, daripada waktu produktif kita habis hanya untuk thulul ‘amal, alangkah bermanfaatnya jika gunakan untuk mencari bekal dalam beramal. Dan, bekal yang paling utama adalah ilmu. Karena itu, jangan pernah puas dan berhenti dalam mencari ilmu. Dengan ilmu kita bisa beramal secara benar. Dengan ilmu pula kita akan bahagia di dunia dan akhirat. Dengan ilmu, kita akan meraih kesuksesa yang kita cita-citakan. Dengan ilmu, akan terangkatlah derajat kita di sisi Allah. Firman Allah Ta’ala, يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ “Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadilah [58]: 11)
4. PISANG (Pantang Iri, Sombong, dan Angkuh) Orang yang iri akan selalu dalam perasaan yang tidak tenang. Setiap melihat tetangganya punya ini dan itu, sontak hati berasa terbakar api. Panas! Emosi! Giliran kita punya sesuatu yang tidak dipunyai tetangga, jadilah kita sombong dan angkuh minta ampun. Begitulah Iblis menyelipkan kesombongan dan keangkuhan dalam hati kita. Sombong adalah dosa yang pertama kali muncul di hadapan Allah Ta’ala. Pelakunya adalah iblis. Ketika iblis diperintah agar bersujud (hormat) kepada Adam, dia enggan. Allah berfirman, “Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab, “Aku lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Q.S. al-A'raaf [7]: 12) Iri (hasad) juga merupakan sifat dasar iblis. Tersebab sifat buruk inilah semua amal baik kita bisa lenyap semua, sebagaimana api melahap kayu bakar. Untuk Untuk mengetahui apakah kita sedang dihinggapi penyakit iri atau tidak, caranya mudah. Jika hati kita gundah dan tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain, berarti kita sedang iri kepada orang tersebut. Umar bin Khattab berkata, “Cukup sebagai bukti si pendengki terhadapmu manakala ia merasa gundah pada saat kamu bahagia.”
5. STROBERI (Selalu Introspeksi dan Belajar Rendah Hati) Orang yang beruntung adalah orang menyibukkan diri dengan aib diri sendiri. Melakukan introspeksi, evaluasi, atau muhasabah diri. Manakala kita sibuk menyibak aib diri sendiri, pastilah akan lupa dengan aib orang lain. Dengan begitu, kita pun akan selalu rendah hati dan dijauhkan sifat takabur dan sok suci. Gemar menyalahkan orang lain merupakan indikator akan ketakaburan, arogansi, dan kesoksucian kita. Sementara introspeksi diri (muhasabah) merupakan indikator atas kelembutan dan kerendahan hati. Begitulah, muhasabah menjadi karakter seorang yang cerdas, sebagaimana sabda Rasulullah, “Orang yang cerdas adalah orang yang mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk akhirat. Sementara orang yang lemah adalah orang yang menundukkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi) Hasan al-Bashri pernah berkata, “Seorang hamba akan selalu dalam keadaan baik selama ada penasihat dari dalam dirinya, dan ia selalu ber-muhasabah (mengintrospeksi diri).”
6. MELON (Menolong Orang Lain) Manusia tidaklah hidup sendirian. Mereka hidup saling berinteraksi dan saling membutuhkan dengan sesama manusia. Karena itulah manusia disebut makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, saling membantu dan menolong menjadi keniscayaan. Tidak bisa, mentang-mentang kaya, lantas kita merasa tidak membutuhkan manusia lain. Tidak bisa! Sekaya apa pun dan sehebat apa pun kita tidak akan bisa hidup layak tanpa bantuan orang lain. Apalagi terhadap sesama muslim, mereka bersaudara. Harus saling membantu dan tidak saling menzalimi, sebagai sabda Nabi, الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Janganlah menzaliminya dan jangan membiarkannya (tidak menolongnya). Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantunya. Barangsiapa yang memberi jalan keluar untuk kesulitan saudaranya, Allah akan memberikan jalan keluar atas kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan, barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim) Manakala kita gemar membantu orang lain, Allah pasti akan membantu kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
7. MARKISA (Mari Kita Sabar) Sabar merupakan obat penawar bagi segala macam problema di negeri cobaan ini. Dengan kesabaran, semua persoalan akan terselesaikan. Sabar juga menjadi indikator keimanan, sebagaimana dikatakan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Sesungguhnya sabar dan iman itu ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala tidak ada, maka tubuh tidak akan berfungsi. Jika sabar tiada, maka iman pun akan sirna.” Sifat sabar tidak bisa dilepaskan dari karakter dasar seorang mukmin. Belumlah disebut mukmin yang sempurna jika kita tidak memiliki sifat mulia ini, sebagai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأِحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR. Muslim) Setidaknya ada tiga kesabaran yang harus kita hadapi. 1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. 2. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan. 3. Sabar dalam menerima takdir dari Allah. Beruntunglah mereka yang bersabar, karena mereka akan mendapatkan balasan yang tiada berbatas dari Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya, إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.S. az-Zumar [39]: 10)
8. SALAK (Selalu Baik dalam Bertindak) Salah satu ciri muslim sejati adalah selalu menebarkan kebaikan dan kedamaian bagi seluruh alam. Bukan hanya baik kepada manusia, tapi kepada seluruh penduduk alam raya. Begitulah Islam, rahmatan lil'alamin...! Bertindak baik sama artinya dengan berbuat yang positif dan produktif. Tidak ada sedetik pun waktu terbuang, kecuali untuk kebaikan. Bahkan, pada zaman yang segala sesuatu bisa tersebar menjadi viral, status dan komentar kita di media sosial juga harus bernilai kebaikan. Tulislah status atau komentar setelah melalui tiga saringan ketat; - Apakah status atau komentar yang akan kita tulis adalah BENAR? - Jika memang benar, apakah status atau komentar yang akan kita tulis adalah BAIK? - Jika memang benar dan baik, apakah status atau komentar yang akan kita tulis benar-benar BERGUNA bagi orang lain? Jika tidak lolos dalam tiga saringan ketat ini, jangan memaksa untuk menuliskannya. Begitu pula kegemaran men-share (membagikan) artikel, informasi, video, atau lainnya melalui media sosial, tiga saringan ketat tersebut harus kita berlakukan. Jangan sampai kita men-share sesuatu yang tidak benar, tidak baik, juga tidak berguna. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Delapan Buah yang Akan Membawa Kita ke Surga

Jika buah dari pohon keabadian (syajaratul khuldi)[1] menyebabkan manusia (Adam dan Hawa) keluar dari surga, buah-buah ini justru akan memas...